Jumat, 14 Maret 2014

fakta unik,7 GRUP BAND TERTUA DI INDONESIA

1.     The Tielman Brothers
The Tielman Brothers adalah orang keturunan maluku yang besar Surabaya dan pindah ke Belanda untuk mengadu nasib. Mereka adalah kakak beradik dari pasangan Herman Tielman dan Flora Lorine Hess. Pasangan kakak beradik ini antara lain, Andy Tielman (lead guitar, vocals), Reggy Tielman (2nd lead guitar, vocals), Ponthon Tielman (double bass, vocals)Loulou Tielman (drums, vocals). Kebiasaan bermusik di keluarga yang kental lah yang membuat Tielman bersaudara ini sangat mahir dalam bermusik, dan menciptakan sound-sound yang aneh pada zamannya. Cerita The Tielman Brothers dimulai ketika di Surabaya 4 bersaudara Tielman kecil sering memainkan lagu-lagu daerah pada tahun 1945. Mereka tampil saat sang Ayah yang berprofesi sebagai komandan tentara KNIL sering mengajak rekan-rekannya berpesta di rumah. Tak disangka ternyata penampilan kakak beradik ini sangat memukau penonton yang hadir dalam pesta itu. Karena yang hadir dalam pesta itu notabenenya adalah pejabat-pejabat maka The Tielman Brother tidak kesulitan untuk tampil di berbagai pagelaran musik. Mereka pernah tampil di Timor-timur bahkan mereka pernah tampil di hadapan presiden Soekarno di Jakarta pada bulan Desember 1949. Saat itu mereka masih membawakan lagu-lagu dari Les Paul, Elvis Presley, Little Richard, Bill Haley, Fats Domino, Chuck Berry and Gene Vincent. Dan mulai saat itu mereka berkonsentrasi untuk memainkan rock n roll yang lebih garang.
Tahun 1957 mereka mendapat kesempatan untuk tour di Belanda, akhirnya The Tielman Brothers memutuskan untuk hijrah ke Belanda mengingat masa depannya akan lebih baik jika berada di negeri kincir angin itu. Penampilan pertama mereka adalah di Hotel De Schuur di Breda, dengan membawakan versi lain dari lagu Bye Bye Love nya The Everly Brothers. Setelah penampilan yang heboh di Belanda, The Tielman Brothers semakin dikenal di seluruh Belanda bahkan mereka sering diundang tampil di Belgia dan Jerman. Pada awal tahun 1960 The Tielman Brothers merilis 4 lagu ciptaan mereka sendiri, lagu itu antara lain My MariaYou're Still The One, Black Eyes, danRock Little Baby. Lagu ciptaan mereka ternyata banyak disukai oleh orang-orang Belanda. Orang-orang Belanda sering menyebut aliran musik The Tielman Brothers sebagai aliran Indorock. Orang Belanda menyebut Indorock karena kebanyakan band-band tersebut beranggotakan orang-orang Indonesia. Selain The Tielman Brothers ada juga Band Electric Johnny & his Skyrockets , The Crazy Strangers, The Crazy Rockers dan The Black Dynamites(Los Indonesios). Sayang nampaknya di Indonesia sendiri eksistensi mereka kurang dikenal, orang Indonesia lebih menyukai The Beatles, Jimmy Hendrik, dan Rolling Stones. Padahal sebelum The Beatles terkenal Paul Mc Cartney pernah menonton band-band Indorock dan dia sangat terinspirasi akan musik-musik band indorock. Lalu teknik permainan gitar sang dewa gitar Jimmy Hendrik sebenarnya sudah dimainkan secara apik oleh The Tielman Brothers. Jadi berbanggalah Indonesia pernah memiliki The Tielman Brothers

2.    Koes Bersaudara/Koes Plus
Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1960 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia. Sampai sekarang, grup musik ini kadang masih tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka, walaupun hanya tinggal dua anggotanya (Yon dan Murry) yang aktif. Lagu-lagu mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen baru. Sebagai contoh, Lex's Trio membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T'lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna.

Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Grup yang berasal dari Tuban ini menjadi pelopor musik pop dan rock 'n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia. Pada Kamis 1 Juli 1965, sepasukan tentara dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon, dan Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di LP Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul. Adik Alm Tony Koeswoyo itu rupanya memilih "mangan ora mangan kumpul" ketimbang berpisah dari saudara-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka adalah karena selalu memainkan lagu - lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar hukum dan cenderung mengada ada, mereka dianggap memainkan musik "ngak ngek ngok" istilah Pemerintahan berkuasa saat itu, musik yg cenderung imperialisme pro barat.

Dari penjara justru menghasilkan lagu-lagu yang sampai saat sekarang tetap menggetarkan, "Didalam Bui", "jadikan aku dombamu", "to the so called the guilties", dan "balada kamar 15". 29 September 1965, sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang jelas.belakangan setelah Peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup dan menginjak usia tua melakukan testimoni di depan pemirsa acara talkshow KICK ANDY (Metro TV)pada akhir 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.

Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Satu anggota Koes Bersaudara, Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry sebagai drummer. Walaupun penggantian ini awalnya menimbulkan masalah dalam diri salah satu personalnya yakni Yok yang keberatan dengan orang luar. Nama Bersaudara seterusnya diganti dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry.

3.    The Mercys
The Mercy’s sendiri didirikan tahun 1965 di Medan dengan anggota awal Erwin Harahap, Rinto Harahap, Rizal Arsyad (Mantan suami Iis Sugianto), Reynold Panggabean (Mantan suami Camelia Malik) dan Iskandar dibawah pimpinan Rizal Arsyad. Tapi ketika ada undangan untuk show di Penang, Malaysia pada tahun yang sama Iskandar mengundurkan diri, karena kuliahnya di Fakultas Kedokteran tidak mengizinkannya untuk meninggalkan bangku kuliah. Posisinya lalu digantikan oleh Charles Hutagalung. Lengkapnya setelah itu pemain The Mercy’s adalah Erwin Harahap (Gitar Melody), Rinto Harahap (Gitar Bass), Rizal Arsyad (Gitar Rhythm), Reynold Panggabean (Drum) dan Charles Hutagalung (Keyboard, Organ).
Pada tahun 1972, The Mercy’s hijrah ke Jakarta dan masih tampil di beberapa kelab malam, membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri. Setelah di Jakarta, barulah Albert Sumlang (Saxophone) bergabung, kemudian The Mercy’s merekam album pertama mereka di REMACO dengan lagu-lagu Tiada Lagi (Charles H), Hidupku Sunyi (Charles.H), Baju Baru (Charles.H), Untukmu (Charles.H), Love (Rinto.H), Di Pantai (Charles.H), Bebaskanlah (Charles.H), Untukku(Charles.H), Women (Rinto.H), Kurela Dikau Kasih (Reynold.P), Kisah Seorang Pramuria (Albert Sumlang). Album perdana inilah yang mengangkat nama The Mercy’s dengan lagu TIADA LAGI di blantika musik Indonesia.
Sejak itu The Mercy’s menjadi sebuah group yang menjadi idola masyarakat. Band ini sempat menjadi idola anak muda tahun 1970-an, dengan rambut gondrong, celana lebar diujungnya yang biasa “menyapu” jalan. Lagu TIADA LAGI menjadi Hit dimana-mana.
Ketika grup ini memutuskan untuk memasuki dunia rekaman, The Mercy’s pada saat itu dipimpin oleh Erwin Harahap, karena Rizal Arsyad harus meneruskan sekolahnya di Jerman. Tercatat sudah 30 Album yang dihasilkan The Mercy’s mulai dari album Pop, Keroncong dan Rohani.

4.    Panbers
Panjaitan Bersaudara (Panbers) adalah satu nama kelompok pemusik yang merupakan kependekan dari Pandjaitan Bersaudara. Kelompok yang didirikan pada tahun 1969 ini terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. JMM Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan BSO Sitompul. Mereka adalah Hans Pandjaitan, Benny Pandjaitan, Doan Pandjaitan dan Asido Pandjaitan.
Dengan mengibarkan bendera Panbers, mereka merintis karier mereka di ibukota, mulai dari mengisi acara-acara hiburan di pesta sekolah dan pesta anak muda yang kala itu dikenal dengan 'pesta dayak'. Dengan modal tekad yang bulat serta perjuangan yang gigih mereka mencoba mencipta lagu dan membawakannya di pests-pesta masa itu. Satu nomor yang tak henti mereka bawakan adalah Akhir Cinta, sebuah nomor yang melodius yang tiada bosan mereka hantarkan dimana saja mereka mengadakan pertunjukan. Lewat nomor tersebut pulalah nama Panbers mulai dikenal dan membuat era baru dalam dunia musik Indonesia.
Perjalanan karier Panbers diawali dengan kemunculan pertamanya lewat panggung Istora Senayan pada acara Jambore Bands 1970 yang membawa nama Panbers lebih dikenal luas. Terlebih setelah kesempatan muncul di televisi terbuka sudah buat mereka. Maka melengkinglah lagu-lagu orisinil karya mereka sendiri seperti Bye Bye, Jakarta City Sound, Akhir Cinta, Hanya Semusim Bunga dan Hanya Padamu.
Keberhasilan performance mereka di televisi rupanya menarik perhatian bapak Digta Mimi, seorang Manajer perusahaan piringan hitam Dimita Molding Industries, yang kemudian mengantar kelompok Panbers ke dunia rekaman. Mereka diberi kepercayaan untuk mangabadikan lagu-lagu mereka ke dalam bentuk piringan hitam ebonite. Seperti yang telah diketahui, muncullah hit mereka yang abadi, Akhir Cinta yang selalu terpatri di hati penggemar blantika musik Indonesia. Satu tahapan kesuksesan mereka terenggut lewat long play ke-49 produksi PT. Dimita yang bersejarah itu.
Keberhasilan Panbers di dunia rekaman merupakan awal dari kebangkitan grup band di dalam dunia musik Indonesia yang masa itu di dominir oleh penyanyi-penyanyi tunggal. Kelompok Koeswoyo Bersaudara yang sebagai perintis di tahun 60-an, kemudian kemunculan Panbers di awal tahun 1972 yang secara tepat diikuti oleh sekian puluh kelompok pemusik yang meramaikan dunia musik Indonesia hingga saat ini.
Untuk mengikuti perkembangan musik, Kelompok Panbers yang telah kehilangan Hans Pandjaitan, menambah personel ke dalam grup mereka yaitu Maxi Pandelaki yang diberi kesempatan untuk mengisi posisi bas. Sedangkan, Hans Pandjaitan diganti dengan seorang musikus yang bernama Hans Noya.
Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan melayu. Hingga kini kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album.
Beberapa lagu Panbers antara lain Gereja Tua, Cinta dan Permata, Kami Cinta Perdamaian, Indonesia My Lovely Country, Akhir Cinta, Jakarta City Sound, Haai, dan Terlambat Sudah.
Di bulan Oktober 2010,Panbers kembali ditinggalkan salah satu personelnya untuk selama-lamanya.Doan Panjaitan meninggal dunia dikarenakan sakit yang dideritanya.Akan tetapi Panbers terus berusaha berkibar dengan karya-karyanya yg abadi.

5.    the rollies 
The Rollies diawali ketika Deddy Sutansyah bertemu dengan Iwan Krisnawan dan Teuku Zulian Iskandar Madian dari grup Delimars serta Delly Djoko Alipin dari grup Genta Istana. Deddy mengajak mereka bergabung dalam sebuah grup yang diberi nama Rollies pada bulan April 1967. Orangtua Deddy yang pengusaha hotel menjadi penyandang dana dan menyediakan semua peralatan musik yang diperlukan. Rollies mulai malang melintang di negeri sendiri dengan membawakan lagu-lagu The Beatles, Bee Gees, Hollies, Marbles, Beach Boys, Herman Hermits, juga lagu populer dari Tom Jones dan Englebert Humperdink.
Kelahiran Rollies diawali ketika Deddy bertemu dengan Iwan Krisnawan dan Tenku Zulian Iskandar dari grup Delimars serta Delly Djoko Alipin dari grup Genta Istana. Deddy mengajak mereka bergabung dalam sebuah grup yang diberi nama Rollies pada bulan April 1967. Orangtua Deddy yang pengusaha hotel menjadi penyandang dana dan menyediakan semua peralatan musik yang diperlukan. Rollies mulai malang melintang di negeri sendiri dengan membawakan lagu-lagu The Beatles, Bee Gees, Hollies, Marbles, Beach Boys, Herman Hermits, juga lagu populer dari Tom Jones dan Englebert Humperdink. Setelah itu baru mereka mengisi acara di kelab malam Singapura tahun 1969.
Ketika tampil di negeri jiran itu, personel Rollies sudah diperkuat Gito dan Benny Likumahuwa. Lagu yang mereka bawakan pun berkembang dan mulai mengandalkan alat musik tiup, masa trade-mark Rollies sebagai pembawa lagu-lagu James Brown BST (Blood Sweat and Tears) dan Chicago dimulai. Di sana mereka tidak hanya berkesempatan manggung.
Dari band inilah muncul nama Gito Rollies yang ikut meramaikan blantika musik Indonesia.

6.    AKA
Grup musik rock AKA (singkatan dari Apotik Kali Asin, apotek milik orang tua Ucok Harahap, tempat mereka bermarkas dan latihan) dibentuk di Surabaya pada 23 Mei 1967 dengan formasi awal: Ucok Harahap (keyboard/vokal utama), Syech Abidin (drum/vokal), Soenata Tanjung (guitar utama/vokal), Harris Sormin (guitar/vocal) dan Peter Wass (bass). Peter Wass digantikan oleh Lexy Rumagit karena cedera ketika granat yang disiapkan untuk aksi panggung grup rock Ogle Eyes di Lumajang tiba-tiba meledak dan melukainya. Sejak 1969, Lexy Rumagit digantikan oleh Arthur Kaunang (ayah dari Tessa Kaunang). Harris Sormin keluar dari group ini karena mengalami depressi akut, namun hingga tahun 2000 dia masih aktif bermusik. Harris meninggal tahun 2002. Yang patut dicatat, semua pemain bass AKA adalah pemain kidal.
AKA — yang sering membawakan lagu-lagu Led Zeppelin, Grand Funk Railroad, Deep Purple, dan Jimi Hendrix, yang waktu itu memang digemari anak-anak muda — dikenal sebagai grup rock eksentrik. Dalam pertunjukan di Arena Terbuka Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9-10 November 1973, ketika AKA tengah membawakan lagu Crazy Joe, tiba-tiba Ucok melompat ke tembok dan naik ke genteng. Setelah itu, ia muncul di panggung dengan tiba-tiba sambil membiarkan dirinya dicambuki oleh algojo. Kakinya diikat, dan tubuhnya digantung. Kemudian ia ditusuk dengan pedang dan dimasukkan ke peti mati. Aksi ini mencekam penonton namun memperoleh sambutan meriah. Seusai aksi ini, Ucok terlihat kejang-kejang seperti kesurupan di belakang panggung. Situasi ini segera teratasi ketika Remy Silado yang menyaksikan atraksi gila ini menyiramkan seember air ke tubuh Ucok.
Peristiwa unik lainnya terjadi ketika AKA dikontrak untuk bermain di West Point Garden Bar and Restaurant, Singapura. Manajer AKA meyakinkan pemilik restoran bahwa AKA adalah grup yang paling cocok untuk membawakan lagu-lagu yang sesuai dengan selera pengunjung. Padahal, menurut Syech Abidin, mereka belum pernah membawakan lagu-lagu lagu-lagu berirama rock and blues, soul, dan rock psychedelic yang diminta pemilik restoran. Kebetulan, lagu-lagu yang diminta membutuhkan alat musik tiup. Karena tak memilikinya, sang manajer pun dipaksa ikut latihan sebagai pemain alat musik tiup.
Namun, tidak semua orang bisa menerima atraksi panggung AKA. Ketika tampil di Tasikmalaya pada Juni 1972, gaya panggung Ucok dan kawan-kawan tak disukai pecinta musik rock disana. Meskipun para penonton sempat meneriaki mereka, untungnya pertunjukan tidak berakhir dengan kerusuhan karena Band Rhapsodia, yang tampil sesudah mereka, berhasil menjinakkan penonton dengan lagu-lagu ala Santana serta lagu-lagu lokal. Peristiwa serupa kembali berulang ketika AKA tampil di Gedung Kridosono, Yogyakarta pada Juni 1974 bersama grup Giant Step asal Bandung. Para penonton yang tak suka melihat atraksi Ucok tak dapat dibendung lagi. Mereka berteriak-teriak dan merusak gitar Arthur Kaunang. Ucok pun terkena lemparan kursi, dan kening Sunatha terluka parah akibat potongan kayu dan besi yang dilempar penonton. Ketiganya dirawat di RS Panti Rapih, Yogyakarta.
Tak hanya di panggung, AKA juga telah meluncurkan beberapa album. Pada album pertama mereka, Do What You Like (1970), terdapat lima lagu berbahasa Indonesia dan tiga lagu berbahasa Inggris (Do What You Like, I've Gotta Work It Out, dan Glenmore).
Pada 7 Agustus 1975, Ucok meresmikan grup barunya di Jakarta dengan nama Ucok and His Gangs (Uhisga), yang bergerak dalam pertunjukan musik, model, dan tari. Ucok semakin sibuk dan mulai berubah menjadi lebih glamour, tidak lagi seperti ketika masih menjadi vokalis AKA. Soenata, Arthur, dan Syech Abidin akhirnya memutuskan untuk mendepak Ucok dan mengganti nama AKA menjadi SAS pada akhir Desember 1975.

7.  Bimbo
Bimbo adalah sebuah grup musik Indonesia yang didirikan sekitar tahun 1967. Personel Bimbo terdiri atas Sam Bimbo, Acil Bimbo, Jaka Bimbo, dan Iin Parlina.
Berawal dengan Trio Bimbo yang banyak dipengaruhi Musik Latin. Lalu merilis album perdana di label Fontana Singapura dengan Melati Dari Jayagiri karya Iwan Abdurachman. Di era tahun '70-an, Bimbo identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor dengan lirik-lirik puitis.
Di pertengahan '70-an, Bimbo yang lalu diperkuat oleh Iin Parlina dari Yanti Bersaudara mulai menjamah lagu-lagu dengan tema-tema keseharian seperti Abang Becak hingga lagu-lagu yang titelnya menggunakan serial anggota tubuh seperti Kumis, Tangan hingga Mata yang cenderung bernada humor. Memasuki era '80-an, Bimbo mulai bermain dengan lagu-lagu dengan tema-tema kritik sosial seperti Antara Kabul dan Beirut atau Surat untuk Reagan dan Brezhnev.
Namun, di sisi lain ciri khas sebagai kelompok religius pun melekat erat. Berawal dengan lagu Tuhan karya Sam Bimbo dan berlanjut dengan album qasidah di sekitar tahun 1974.
Dalam perjalanan musiknya, Bimbo juga banyak menjalin kolaborasi dengan sederet sastrawan seperti Wing Kardjo dan Taufiq Ismail.
Pada tahun 2007, Bimbo merilis album baru yang antara lain menampilkan karya terbaru Taufiq Ismail yang berpola kritik sosial yaitu Jual Beli dan Hitam Putih.


Demikianlah 7 band paling tua di Indonesia. Semoga bermanfaat!
Title: fakta unik,7 GRUP BAND TERTUA DI INDONESIA; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar